Minggu, 01 Desember 2019

Analgetika

Definisi
Analgetika adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. analgetika bekerja dengan meningkatkan ambang rasa sakit. berdasarkan golongan analgetika dibagi menjadi dua yaitu analgetika narkotik dan analgetika non narkotik (Neal, 2006).

Analgetika Narkotik
analgetika narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang moderat ataupun berat, seperti rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung, setelah operasi dan kolik usus atau ginjal. pemberian secara terus menerus dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan mental atau kecanduan. penghantian secara tiba- tiba akan menyebabkan syndrom obstinence. kelebihan dosis akan menyebabkan kematian karena terjadi depresi pernapasan (Neal, 2006).

Mekanisme kerja analgetika narkotik
efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor opioid spesifik pada sel dalam otak dan spinal cord. rangsangan reseptor dapat mengakibatkan euforis dan mengantuk. obat ini bekerja pada sistem saraf pusat secara selektif sehingga dapat mempengaruhi kesadaran dan menimbulkan ketergantungan jika dikonsumsi dalam jangka panjang. mekanisme kerja obat ini yaitu mengaktivasi reseptor opioid pada sistem saraf pusat untuk mengurangi rasa nyeri. aktivasi dari obat diperentarai oleh reseptor mu yang dapat menghasilkan efek analgesik pada saraf perifer dan sistem saraf pusat. contoh obat dari golongan ini yaitu : morfin, kodein,, fentanil tramadol dan sebagainya(Neal, 2006).

Analgetika Non Narkotik
analgetik non narkotik merupakan obat yang dapat mengurangi rasa nyeri dan bekerja di perifer sehingga tidak mempengaruhi kesadaran dan ketergantungan. obat ini dapat mengurangi nyeri ringan hingga nyeri sedang. mekanisme aksi obat ini adalah menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX) sehingga proses pembentukan asam arakidonat menjadi prostaglandin dihambat. selain sebagai obat nyeri obat ini juga dapat digunakan sebagai antiinflamasi dan antipiretik misalnya golongan obat NSAID( antiinflamasi non steroid) contoh obat : ibuprofen, diklofenak, asam mefenamat, dan sebagainya(Neal, 2006).

Interaksi Farmakokinetik
a. Absorpsi
Absorpsi merupakan penyerapan obat dari tempat pemberian menyangkut kecepatan proses tersebut. Analgetik yang diberikan secara oral diserap secara cepar dan mencapai kadar serum puncak dalam waktu 30-120 menit. Obat parasetamol ini di absorpsi melalui membran yang banyak lemak sehingga obat harus bersifat hidrofobik.
b. Distribusi
Setelah obat diabsorpsi obat didistribusikan keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung aliran darah, distribusi obat ditentukan oleh sifat fisikokimia obat. Distribusi terdapat dua fase, fase pertama terjadi setelah penyerapan yaitu keorgan yang perfusinya sangat baik misal hati, ginjal, dan otak. Fase dua jauh lebih luas yaitu mencakup perfusinya tidak sebaik organ pada distribusi fase pertama misal, otot, visera, kulit dan jaringan lemak
c. Metabolisme
Analgetika berikatan dengan sulfat dan glukoronida terjadi di hati. Metabolisme utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat glukoronida yang dikeluarkan lewat ginjal. Sedangkan sebagian kecil dimetabolisme dengan bantuan enzim sitokrom p450. Hanya sedikit jumlah parasetamol yang betanggung jawab terhadap efek toksik yang diakibatkan metabolisme N-asetil-p- benzo- kuinon imina.
d. Eliminasi
Eliminasi sebagian besar obat dari tubuh terdiri dari 2 proses metabolisme (biotransformasi) dan ekskresi. Ekskresi suatu obat dan metabolitnya menyebabkan penurunan konsentrasi bahas berkhasiat dalam tubuh. Ekskresi dapat terjadi tergantung pada sifat fisikokimia (bobot molekul, harga Pka, kelarutan dan tekanan uap).


Hubungan Struktur dengan aktivitas Analgesik
adapun hubungan antara struktur dan aktivtas dari analgesik menurut Siswandono(2016) adalah sebagai berikut :
1. Turunan Morfin
Berkas:Morphin - Morphine.svg
  • morfin mempunyai tiga gugus polar yaitu fenol, alkohol dan amin, sedangkan analognya telah kehilangan gugus polar alkohol ataupun ditutupi dengan gugus alkil atau asil, sehingga analog morfin akan lebih mudah masuk keotak dan dapat terakumulasi pada sisi resptor dalam jumlah yang lebih besar sehingga aktivitas analgesiknya jauh lebih besar. 
  • Metilasi gugus fenolik OH dari morfin akan mengakibatkan penurunan aktivitas analgesik secara drastis. karena gugus fenolik bebas adalah sangat krusial untuk aktivitas analgesik.
  • penutupan atau penghilangan gugus alkohol tidak akan menimbulkan penurunan efek analgesik dan pada kenyataanya akan menghasilkan efek yang berlawanan. peningkatan aktivitas lebih disebabkan oleh sifat farmakodinamik dibandingkan dengan afinitasnya dengan reseptor analgesik.
  • pergantian gugus N- metil dengan proton mengurangi aktivitas analgesik tetapi tidak menghilangkan aktivitasnya.
  • cincin aromatik memegang peranan penting dimana jika senyawa tidak memiliki cincin aromatik tidak akan menghasilkan aktivitas analgesik. substitusi pada cincin aromatik juga akan mengurangi aktivitas analgesik
2. Analgetik non narkotik turunan anilin dan paraaminofenol



  • adanya substitusi gugus amino dapat mengurangi sifat kebasaan dan dapat menurunkan aktivitas dan toksisitasnya. asetilasi gugus amino akan dapat menurunkan toksistasnya pada dosis relatif aman, pada dosis yang lebih besar  menyebabkan pembentukan methemoglobin dan mempengaruhi jantung. 
  • turunan aromatik dari asetanilid, seperti benzenanilid, tidak dapat menimbulkan efek analgesik,
  • adanya esterifikasi gugus hidroksi dari aminofenol dengan gugus metil dan etil dapat meningkatkan aktivitas analgesik namun dapat meningkatkan pembentukan methemoglobin . 
  • adanya gugus yang bersifat polar, seperti pada gugus karboksilat dan sulfonat ke dalam inti benzen akan menghilangkan aktivitas analgesik. 
3. Obat Non Steroid
  • Senyawa yang aktif sebagai antiradang adalah anion salisilat. gugus karboksilat penting untuk aktivitas dan letak gugus hidroksil harus berdekatan.
  • pemasukan gugus metil pada posisi 3 akan menyebabkan masa kerja obat semakin lambat. 
  • adanya gugus aril yang bersiat hidrofob akan meningkatkan aktivitas dari analgesik.
  • adanya gugus difluorofenil pada posisi meta dari gugus karboksilat akan meningkatkan aktivitas analgesik, memperpanjang masa kerja dan mengurangi efek samping, seperti iritasi saluran cerna dan peningkatan waktu pembekuan darah. 
Efek Samping dari obat Analgetik
adapun efek samping dari penggunaan obat analgetik menuru Tjay dan Rahardja(2013), antara lain :
  • mual, muntah, pusing, sakit kepala, mengantuk.
  • memiliki kontraindikasi dengan pasien penyakit gastrointenstinal
  • nyeri perut, kram, mual, peradangan selaput lendir pada lambung (gastritis), perdarahan gastrointestinal, gangguan hati, lemah, pusing, timbulnya ruam, gangguan ginjal, telinga berdenging.
  • vertigo, pembekuan darah, serangan jantung, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan gagal jantung.
  • kembung, nyeri ulu hati, diare, sakit kepala, demam, dan gejala flu.
Permasalah :
1. Bagaimana cara meminimalkan efek samping dari analgetik dan meningkatkan aktivitas dari analgetik itu sendiri ?
2. bagaimana pengaruh pergantian N-metil dengan proton sehingga dapat mengurangi aktivitas dari analgetik ?
3. kenapa turunan romatik dari asetanilid tidak dapat menimbulkan efek analgetik ?

 DAFTAR PUSTAKA
Neal, M.J. 2006. At a glance FARMAKOLOGI MEDIS. Erlangga. Jakarta.
Siswandono. 2016. KIMIA MEDISINAL 2 EDISI 2. Airlangga university press. surabaya.
Tjay, H.T dan K. Rahardja. 2013. Obat- Obat Penting khasiat, penggunaan dan efek sampingnya
             edisi Keenam. Gramedia Jakarta.





Analgetika