Sabtu, 23 November 2019

ANTIKONVULSI

KIMIA MEDISINAL (ANTIKONVULSI)

DEFINIS EPILEPSI (KEJANG)
epilepsi atau sawan atau penyakit ayan adalah suatu gangguan saraf yang timbul seacara tiba-tiba dan berkala, biasanya disertai dengan perubahan kesadaran. epilepsi terjadi karena disfungsi sementara sebagian atau keseluruhan jaringan otak karena cetusan listrik pada populasi neuron peka rangsang yang berlebihan. kejang merupakan suatu bentuk manifestasi klinik akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan dari sebuah fokus kejang atau dari jaringan normal yang teganggu akibat suatu keadaan patologik (Neal, 2006).

PATOFISIOLOGI
mekanisme dasar terjadinya kejang adalah peningkatan aktifitas listrik yang berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan merangang sel neuron lain dan secara bersama- sama akan melepaskan muatan listriknya. hal tersebut diduga disebabkan oleh kemampuan membran sel yang melepaskan muatan listrik secara berlebihan, berkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter asam glutamat dan asam aspartat (Neal, 2006).


TERAPI SERANGAN EPILEPSI
1.       Diazepam Rektal. Sebagai larutan rektal. Jika belum menghasilkan efek sesudah 5- 10 menit pemberian dapat diulang dengan pemberian midozolamsecara oromucosal
2.       Diazepam intravena. Agar memberikan efek yang cepat
3.       Intra muskular. Umumnya kan berhenti dalam waktu 5- 15 menit dosis tidak boleh terlalu tinggi karena resiko depresi pernapasan.
 


OBAT ANTIKONVULSI
obat-obat epilepsi secara umum bekerja melawan terjadinya peningkatan eksitabilitas dan mencegah lepasnya muatan listrik yang berlebihan. obat antikonvulsi memiliki beberapa mekanisme kerja aksi. dan ada pula obat antikonvulsi yang belum diketahui (Neal, 2006).


JENIS EPILEPSI
1.       Grand mal . Kontraksi otot otonom yang bertahan lama, gerakan liar hebat, bercirikan kejang kaku bersamaan dengan kejutan- kejutan ritmis dari anggota badan dan hilangnya kesadaran untuk sementara.
2.       Serangan Myoclonis. Adalah bentuk grandmal lainnya dan bercirikan kontraksi otot- otot simetris dan sinkronyang tak ritmis terutama bahu dan tangan.
3.       Status Epilepticus. Adalah serangan yang bertahan lebih dari 30 menit dan berlangsung beruntundengan cepat tanpa diselingi keadaan sadar.
4.       Petil Mat. Bercirikan serangan yang hanya singkat sekali, antara beberapa detik sampai setengah menit dengan penurunan kesadaran ringan tanpa kejang- kejang.
5.       Parsial (epilepsi psikomotor). Umumnya berlangsung dengan kesadaran hanya menurun untuk sebagian tanpa hilangnya ingatan.
 


MEKANISME OBAT ANTIKONVULSAN
GABA( gamma aminno butiric acid). di otak terdapat dua kelompok neurotransmitter, yakni zat-zat seperti noradrenalindan serotonin yang memperlancar transmisi rangsangan listrik di sinaps sel- sel saraf. selain itu juga terdapat zat-zat yang menghambat neurotransmisi antara GABA dan glisin. asam amino GABA memiliki efek dopamin lemah, yang berdaya menghambat produksi prolaktin oleh hipofisis. GABA terdapat dalam seluruh otak dalam dua bentuk, GABA-A dan GABA-B yang daya kerjanya berhubungan erat dengan reseptor benzodiazepin.  
cara kerja obat antikonvulsan adalah ebagai berikut :
a. memperkuat efek GABA, valproat dan vigabatrin bersifat menghambat perombakan GABA oleh transaminase, sehingga kadarnya disinaps meningkat.
b. memblokir saluran- saluran (channels) Na, K, dan Ca yang berperan penting dalam timbul dan perbanyakan muatan lsitrik.
c. mencegah pelepasan muatan listrik abnormal dan menghindari menajalarnya muatan listrik tersebut kebagian otak lain (Tjay dan Rahardja, 2013).

EFEK SAMPING
efek samping yang paling sering timbul berupa gangguan lambung- usus( nausea, muntah, diare, dan hilangnya nafsu makan). bereferk pada sistem saraf pusat ( kantuk, pusing, ataxia, mudah tersinggung). reaksi hipersensitiv (ruam, dermatitis, urticaria, steven jhonson syndrom, rontok rambut dan kelainan psikis)(Tjay dan Rahardja, 2013).

OBAT-OBAT ANTIKONVULSI 
- Generasi Pertama
a. asam valproat
    asam dipropil asetat, khasiat antikonvulsi dari derivat asam valerian. mekanismenya berdasarkan penghambatan enzim pengurai GABA. reabsorpsi cepat setelah 15 menit sudah sampai pada plasma darah. efek sampingnya sering terjadi gangguan saluran cerna sementara. adakalanya sedasi ataksiadan udema pergelangan kaki.
b. Fenobarbital
    senyawa hipnotik ini digunakan pada serangan grandmal. berdasarkan sifatnya bekerja dengan cara memblokir pelepasan muatan listrik didalam otak. fenobarbital adalah antikonvulsan turunan barbiturat yang efektif dalam mengatasi epilepsi. nama kimia fenobarbital sendiri yaitu 5- etil-5-fenilbarbiturat.

struktur fenobarbital
- Generasi Kedua
a. Gabapentin
    senyawa sikloheksilasetat memiliki struktur kimiawi yang berkaitan dengan GABA. tetapi mekanisme berlainan dan belum diketahui. obat ini digunakan sebagai obat tambahan pada epiepsi parsial.
b. Lamotrigine
    senyawa triazin ini berdaya antikonvulsi atas dasar menstabilisir membran sel saraf, sehingga menghambat pembebasan sel saraf, sehingga menghambat pembebasan neurotransmitter glutamat
(Tjay dan Rahardja, 2013).

HUBUNGAN STRUKTUR DAN AKTIVITAS SECARA UMUM :
adapun hubungan antara struktur dan aktivitas secara umum menurut Siswandono(2016) antara lain:
a. substitusi pada C5 dari hidantoin dan oxazolidinedion atau C2 dari suksimid akan menuntukan aktivitas kejang yang dikontrol.
b. hidantoin dengan sedikitnya 2 gugus fenil merupakan obat pilihan pada kejang generalis tonik- klonik. substitusi di fenil akan meningkatkan potensi anti grandmal dibanding fenil tunggal
c. oxalidinedion yang disubtitusikan pada C5 dengan rantai alkil pendek (metil, atau etil) lebih efektif mengobati grand mal.
d. suksinimid yang merupakan anti petit mal yang paling poten, memiliki gugus alkil pendek pada
  C2.

PERMASALAHAN, Ayo kita diskusikan bersama :)
1. pada mekanisme kerja obat antikonvulsi asam valproat yaitu bekerja dengan cara menghambat dua enzim yaitu asam aspartat dan asam glutamat, bagaimana kerja kedua enzim tersebut sehingga dapat menjadi faktor timbulnya kejang ?
2. bagaimana hubungan kerja GABA pada sistem saraf pusat terhadap terjadinya konvulsi?
3. bagaimana cara meningkatkan aktivitas kerja dari senyawa yang bersifat antikonvulsi sehingga memiliki sifat farmakokinetik dan bioavailabilitas yang lebih baik serta mengurangi efek samping yang timbul? 

 DAFTAR PUSTAKA
Neal, M.J. 2006. At a glance FARMAKOLOGI MEDIS. Erlangga. Jakarta.
Siswandono. 2016. KIMIA MEDISINAL 2 EDISI 2. Airlangga university press. surabaya.
Tjay, H.T dan K. Rahardja. 2013. Obat- Obat Penting khasiat, penggunaan dan efek sampingnya
             edisi Keenam. Gramedia Jakarta.







 




9 komentar:

  1. Hii Chindy,, Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 1 :
    Kedua enzim aspartat dan glutamat sangat mempengaruhi timbulnya kejang.. dimana apa bila kadar enzim asam glutamat dan aspartat terlalu tinggi maka akan terjadi ketidakseimbangan pada otak dan semakin kuat lecutan listrik yang terjadi akibatnya otak akan merespon tubuh untuk kejang.. maka dari itu sangat diperlukan suatu obat untuk menghambat kerja kedua enzim tersebut untuk mengurangi kejang

    BalasHapus
    Balasan
    1. hallo kak nada Afrilia, terimakasih atas tanggapan yang sangat membantu ini, untuk jawaban ini betul sekali. dimana aktivitas dari glutamat dan aspartat pada reseptor dapat memicu pembukaan kanal ion Na , pembukaan kanal ion Na ini dapat memicu pembukaan kanal Ca2+ sehingga ion-ion tersebut dapat masuk keintrasel dan mengaibatkan perbedaan polaritas pada membran yang sering kita sebut depolarisasi. depolarisasi ini sangat penting dalam penerusan potensial aksi secara terus menerus pada aktivitas sel saraf sehingga dapat memicu aktivitas sel- sel saraf menjadi tidak teratur.

      Hapus
  2. Artikelnya bagus chin, saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2 yaitu
    hubungan kerja GABA pada terjadinya konvulsi sangat penting.. dimana terjadinya difisiensi dari gaba mengakibatkan kerja gaba yang termasuk salah satu antikonvulsi akan semakin menurun sehingga apabila kerja gaba berkurang maka lecutan listrik akan berjalalan terus menerus sehingga terjadi ketidak normalan aktivitas neuron.. sehingga akan terjadi kejang

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasi audrey atas tanggapannya, jawabannya sangat bagus sekali. dimana seperti kita tau reseptor yang sangat berperan disini yaitu GABA A dimana gaba a berfungsi untuk mengatur saluran ion ligand gate, dimana yang sering kita sebut reseptor iontropik. dimana gaba A disini berperan dalam mengatur chanel ion yang ada dalam sistem saraf pusat. sehingga chanel ion Na tidak dapat terbuka oleh reaksi glutamat secara terus menerus. apabila aktivitas gaba menurun maka gaba tidak dapat menghambat aktivitas glutamat untuk membuka chanel ion secara terus menurus yang berakibatkan pada aktivitas potensial aksi secara terus menerus.

      Hapus
  3. Dari pernyataan ini saya ingin mencoba menjawab no 3 ya chindy.

    Agar dapat meningkatkan kerja dari senyawa yang bersifat antikonvulsi yaitu dengan cara memberikan modifikasi pada saat memformulasikan untuk dijadikan sediaan.. misalnya antikonvulsi diformulasikan dalam bentuk sediaan injeksi dan di sesuaikan tekanan osmosis yg ada di dalam dan diluar.. tentu kerja suatu senyawa antikonvulsi akan bekerja dengan cepat krna lgsg masuk ke sistemik dan langsung bekerja pada reseptor dan efek terapi lebih cepat

    BalasHapus
  4. hallo anis terimakaish atas tanggapan yang bermanfaat ini ada sedikit tambahan yaitu untuk meningkatkan kerja dari antikonvulsi yaitu dapat dilakukan dengan cara memodifikasi struktur misal dengan penambahan gugus atau pengurangan ikatan rangkap. atau bisa dengan cara meningkatkan sifat bioavailabilitas dari suatu obat tersebut.

    BalasHapus
  5. Hai chindy saya ingin bertanya. Bagaimana ya cara untuk meningkatkan biovailabilitas dari suatu antikonvulsi?

    BalasHapus
  6. hallo waode, terimakasih atas pertanyaanya saya akan mencoba menjawab, untuk meningkatkan bioavailabilitas suatu obat dengan cara meningkatkan kelipofilan suatu obat sehingga dapat dengan mudah menembus membran, dan yang kedua yaitu dengan cara menyesuaikan ph obat dimana obat tersebut akan diserap jika dilambung maka harus disesuaikan ph lambung apabila diusus maka disesuaikan ph pada usus. yang ketiga yaitu memperkecil suatu partikel sehingga partike akan lebih mudah menembus membran menuju sistemik. yang keempat pengubahan rute pemberian dimana rute injeksi akan lebih cepat mencapai bioavailabilitasnya dibandingkan secara oral melewati saluran pencernaan terlebih dahulu.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Analgetika